Namaku Azkia Salsabila. Sekarang aku duduk dikelas X MA. Di sekolah, aku mempunyai dua orang sahabat karib. Namanya Yena Azzahra dan Nova Karlina. Tapi belakangan ini ada masalah yang datang menghampiri persahabatan kami. Aku merasa Nova sedikit menjaga jarak denganku. Dia selalu menghindariku. Jangankan bicara atau menegur, melihatpun dia enggan. Aku bingung, aku tidak tahu apa yang terjadi, saat aku dan Yena bertanya mengapa dia berubah, dia hanya diam seperti tidak ada masalah sedikitpun. Dua bulanpun telah berlalu, tapi dia masih enggan menegur kami. Akhirnya aku bertanya dengan teman sekelasnya, kalau saja dia tahu tentang masalah ini.
“Tata.. Tata.. tunggu aku!” kataku sambil berlari.
“Yah, kenapa, Kia?” katanya sembari membenari jilbabnya.
“To the point aja yah, sebenernya aku mau ngomong sama kamu, tapi jawab jujur yah.” Kataku dengan mata penuh pengharapan.
“Okey.” Katanya dengan santai.
“Aku pengen nanya sama kamu, apakah kamu tahu kenapa Nova menjauhiku, yah barangkali dia pernah curhat dengan kamu.”
“Aku tidak tahu, dia tidak pernah cerita apa-apa denganku.” Katanya sambil pergi meninggalkanku.
“Dasar Tata ini, kebiasaan banget, orang belum selesai ngomong udah main nyelonong pergi.” Kataku dengan kesal.
Akhirnya aku masuk ke kelas karena pelajaran akan segera dimulai. Hari itu aku capek sekali, niatku seusai sholat Isya’ aku akan segera tidur. Tapi ternyata malam itu ada acara di sekolahku, yah mau tidak mau aku harus datang. Aku langsung berangkat ke sekolah. Acara itu diselenggarakan di lapangan utama. Sesampainya aku disana, dari kejauhan aku sudah melihat keceriaan temanku Yena datang menghampiriku dan mengajakku duduk di pinggir lapangan.
Lama acara itu berlangsung, tapi belum usai-usai juga. Aku sangat ngantuk sekali, karena hari itu memang sudah larut malam. Saat aku tengah ngantuk-ngantuknya, tiba-tiba ada suara yang mengagetkanku, sehingga rasa kantuk itupun hilang.
“Duuaaaarrrrr…. woy bangun, malu kali di liat orang banyak, masak tidur di lapangan.” Ternyata Tata mengagetkanku.
“Ih kamu nganggu aku aja deh.” Kataku dengan nada agak sedikit kesal.
Lalu kami bercerita seru-seruan dan akhrnya dia keceplosan kalau dia sebenarnya tahu kenapa Nova menjauhiku. Aku langsung bertanya untuk kedua kalinya kenapa Nova begitu. Akhirnya dia mau tidak mau bercerita padaku. Sebelum bercerita dia dia membuat perjanjian denganku, kalau aku tidak boleh mengatakan pada Nova bahwa dia telah bercerita kepadaku. Dan aku pun segera meng-iyakannya.
“Azkia, sebenarnya Nova menjauhi kamu dengan Yena karena dia merasa kalau kamu tidak suka dengan dia atau kamu tidak mau kalau dia itu ada diantara persahabatan kalian. Jadi, dia berpikir akan bertanya pada Yena, Yena akan memilih dia atau kamu. Tapi tidak mungkin Yena mau meninggalkan kamu, karena kamu dengan Yena sudah berteman sejak lama jauh sebelum dia datang.”
Akupun tidak menjawab apa-apa dan langsung pulang. Tak peduli walaupun acara belum selesai. Akupun lalu menangis sejadi-jadinya dan berniat untuk meminta maaf padanya. Keesokan harinya sesudah sholat Dzuhur aku menarik lengan Nova dan berkata,
“Nov, aku mau minta maaf sama kamu.” Sambil tangan bergetar dan dingi. Belum sempat menjelaskan apa-apa dia langsung menepiskan tanganku sambil berkata,
“Sudahlah, aku mau pulang.” Ingin ku kejar tapi nanti dia tambah marah.
Akhirnya aku menulis surat untuknya. Ku tuliskan semua kata maafku dan kujelaskan semuanya. Kumasukkan surat itu kdalam tasnya dan berharap ia sudi tuk membacanya dan membalasnya. Tapi ternyata tidak seperti yang kuharapkan. Saat jam pulang sekolah, aku lewat didepan kelasnya dan kulihat selembar kertas kusut dan lusuh hampir sobek bekas diremas-remas. Ku ambil kertas itu dan kubuka, ternyata itu surat dariku tadi.
Aku menangis, sakit sekali hatiku. Aku tidak menyangka dia sebenci itu denganku, sampai-sampai dia membuang surat itu kedalam kotak smapah. Tapi tidak apa-apa, mungkin dengan cara seperti itu dia akan bahagia. Saat aku sedang sedih, hanya Yena-lah yang menemaniku dan menghiburku. Dia bukan hanya sahabat bagiku, tapi dia juga keluarga bagi diriku sendiri. Aku mencoba mengikhlaskan Nova pergi meninggalkanku dan tidak mau lagi berteman denganku. Aku dan Yena hanya berharap kalau suatu hari nanti dia akan kembali mendekati kami, karena sesungguhnya aku tidak pernah benci padanya. Dan akhirnya dia telah menemukan sahabat baru. Walaupun sahabat itu bukan aku dan Yena.
…..SELESAI…..