Dikerumunan sekian ribuan manusia aku tidak menemukan yang aku cari, mereka nampak serius sekali melihat selembar kertas di depan papan pengumuman.
Dengan kesibukan mereka, mereka sampai tidak menghiraukan pertanyaanku sedari tadi. Aku bertanya-tanya dimana Dinda? Satu persatu orang mendapat pertanyaan itu, tapi jawaban mereka selalu netral. Dinda dimana kamu?. Pertanyaan itu berkecamuk dalam fikiranku. Aku yang dari pagi tadi mencari dia. Sebab, aku sangat khawatir dengan keadaannya. Aku khawatir karena di rumahnya sedang ada masalah dengan saudara peremuannya yang selalu berusaha menjatuhkannya di depan ayah dan ibunya, ditambah lagi pagi ini sudah ditempel nilai ujian dan aku melihat nilainya tidak memuaskan.
Setiap sudut dan ruang di sekolah, sudah kutelusuri tapi selalu saja nihil. Tak ada tanda-tanda kehadirannya. Bel masuk sudah berbunyi, aku pun masuk kelas. Ku kira Dinda sudah duduk di bangkunya tapi ternyata dia belum datang, tas gendongnya pun belu diletakkan diatas bangku atau mungkin dia tidak datang. Pikirku. Sampai bel tanda pulang pun Dinda tidak ada.
“Apa mungkin dia sakit? Aku mau kerumahnya ahh.” Gumamku. Aku berjalan sendiri menyusuri jalan sampai ke rumah Dinda. Tokk..tokk..tokkk…Aku mengetuk pintu. Setelah sedikit lama menunggu pintu pun dibuka.
“Siang Bi. Dindanya ada?” sapaku.
“Siang juga Neng Eka. Kok Neng nyari Non Dinda ke rumah? Apa gak ketemu di sekolah?”
“Hah.. sekolah? Bi aku kesini karena Dinda gak masuk sekolah. Pikirku mungkin Dinda sakit.”
“Tapi, pagi tadi Bibi sendiri yang mengantar Non Dinda ke sekolah nyampe depan gerbang.”
“Lah ? Terus Dinda kemana? Coba Bibi telpon papa atau mama nya Dinda. Mungkin Dinda bersama mereka.
“Ya, tunggu sebentar!”
Aku bertambah cemas, sesaat berlalu Bibi pun muncul.
“Neng Eka! Kata Tuan dan Nyonya Non Dinda tidak bersama mereka.”
“Coba Bibi hubungi Dinda nya sebentar.”
Aku pun semakin cemas. Sedangkan Bi Umi memencet-mencet tombol handphonenya namun hasilnya tetap saja sama. Nomor telepon Dinda gak aktif.
“Ayo Bi! Kita check ke kamarnya?” Ketika kami tiba di kamarnya, ternyata Dinda juga tidak ada. Bukan hanya di kamar bahkan seluruh isi rumah pun sudah kami cari, tapi tetap saja tidak ada.
Aku dan Bibi sangat lelah, kami pun duduk berdua di sofa, tak berapa lama terdengar orang mengucap salam. Kami mengira itu Dinda, dengan semangat kami menoleh bersamaan. Ternyata yang datang Kak Hani yang tak lain adalah saudara perempuan Dinda. Bibi menyapanya dengan pertanyaan.
“Non Hani, Non tau gak dimana Non Dinda?”
“Dinda? Mana aku tahu? Ngapain juga Bibi nanyain ke aku?” Jawabnya dengan ketus.
“Non Dinda belum pulang dari tadi. Bibi pikir Non Dinda bersama Non Hani.” Jelas Bibi.
“Aku tidak tahu!” Jawab Kak Hani sekali lagi sembari berjalan menuju kamarnya.
“Begitulah Non Hani yang gak pernah dewasa.” Jelas Bibi kepadaku.
Tak kusadari waktu cepat berlalu dan sekarang sudah menunjukkan pukul 16:00 WIB. Sekali lagi terdengar ucapan salam dari luar pintu, sekali lagi kami mengira itu adalah Dinda. Ternyata yang datang kedua orang tua Dinda. Mereka pulang karena mereka juga cemas setelah dikabari Bi Umi tadi. Dan kebetulan jadwal kantor hari ini cepat selesai.