Matahari yang cerah menyinari bumi, aku dan meong selalu bersama. Hari-hari kulewati dengan si meong. Tanpa si meong rasanya sangat sepi, waktu pulang sekolah ku buka pintu melihat si meong tertidur di karpet ruang tamu. Aku membawanya ke dalam kamarku. Si meong adalah binatang kesayangan yang aku miliki lima tahun ku miliki si meong. Saat itu aku naik kelas VII jadi waktu ku bersama meong menipis. Saat itu juga si meong selalu sakit, karena sakit dia selalu tidur. Malam hari saat waktu makan Ibu memasak ikan, tiba-tiba si meong naik ke atas meja dan menginjak ikan yang dimasak Ibu. Tanpa pikir panjang aku langsung memukul si meong dengan sapu sampai terlempar dan jatuh dari atas meja. Aku berubah pikiran berjalan ke arah meong. Tapi meong bangun lebih cepat dengan jalannya yang pincang, aku kasihan pada meong yang sudah tua. Pada hari Minggu aku duduk di taman, si meong dengan jalannya yang pincang pun menghampiriku dan menaiki pundakku. Dia berbicara dengan bahasanya dan aku pun tidak mengerti, lalu telepon berbunyi dan aku pun berlalu meninggalkan meong. Setelah itu, meong tidak kembali lagi. Sebulan berlalu, saat aku ingin menyeberang jalan aku melihat si meong berlari dan tertabrak mobil. Aku menghampiri meong tapi meong telah tiada, aku menyesal memukul si meong pada malam itu ternyata dia sakit. Aku harus menguburnya, aku rindu kepada meong. Semoga si meong bahagia dengan majikannya yang baru disana.