Namaku Syara Afrianti, biasa dipanggil Syara kelas X di SMAN 1. Keseharianku di sekolah hanya bersama dua teman dekatku, Ayu dan Erin namanya. Aku salah satu nak yang tidak begitu di bebaskan oleh orang tuaku. Beda dengan teman-temanku yang lain. Sebab, orang tuaku sangat melarangku terlalu bebas. Tapi aku seorang remaja yang ingin seperti teman lainnya, tidak bisa dikekang.
Suatu hari, Ayu dan Erin mengajakku pergi bersama. Dan bersamaan hari itu, Ibu menginginkkan aku diam di rumah membantu ibu yang akan mengadakan acara yasinan di rumah nanti malam. Tetapi aku diam-diam tetap pergi meninggalkan rumah. Di tengah perjalanan yang sangat ramai tiba-tiba hp ku berbunyi, aku berhenti sebentar untuk mengangkat telepon. Ternyata telepon itu dari ibu. Setelah ku angkat, ibu marah-marah padaku.
“Syara, kamu dimana? Ibu kan udah bilang tetap dirumah kenpa kamu masih pergi?”
“Yeah.. aku udah tebak, Ibu pasti akan marah. Ah, bodo amat, aku capek di kekang terus.”
Akhirnya aku matikan hp ku dan melanjutkan perjalananku. Dengan hati masih menggerutu tentang ibu yang menelpon tadi, membut konsentrasiku buyar hingga aku menabrak sebuah bus yang berbelok ke arahku. Tak lain hanyalah bayangan ibuku yang terbayang pada saat itu.
Saat aku tersadar, ternyata aku telah terbaring lemah di rumah sakit dengan kaki yang tergantug dan tangan kiriku yang tak mampu aku gerakkan. Aku menangis dan bertanya, kenapa kakiku seperti ini dan tangan yang tak mampu aku gerakkan.
“Ibu… Ibu… kenapa, bu?” aku mengeluh pada ibuku. Ibu sejak tadi menangis dan menenangkanku.
“Ibu minta maaf, karena ibu tak mengijinkan kamu pergi.” Kini aku baru sadar bahwa tanpa ridho ibuku apapun akan terjadi padaku.
“Ibu, seharusnya aku yang minta maaf, bukan Ibu. Aku yang tak mendengarkan Ibu, aku yang egois. Ibu melarangku ini hanyalah demi kebaikanku. Sekali lagi maafkan aku, Ibu.”
Ibu melarang bukan karena ibu tak sayang. Tapi ibu melarang hanya demi kebaikan.
…..SELESAI…..