Abbasiah, S.Pd.I*
Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui belajar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan demikian belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hasil pengalamannya di lingkungan, baik dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran siswa di sekolah, tidak jarang mereka menghadapi kesulitan dalam menerima pelajaran dari guru. Kesulitan yang mereka hadapi ini merupakan problema yang sering menjadikan siswa terhambat dalam memahami, menghayati dan mengaplikasikan atau dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar mereka terhadap mata pelajaran yang mereka pelajari.
Secara teoritis dalam proses pembelajaran baik di sekolah maupun di masyarakat terdapat beberapa faktor yang yang dianggap sebagai penyebab munculnya kesulitan siswa belajar dalam kelas. Menurut Slameto terdapat dua faktor utama penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar, yakni faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern yang menghambat siswa dalam belajar yakni terbagi ke dalam tiga macam; pertama, faktor kelengkapan jasmaniah, seperti kesehatan, cacat tubuh, dan lain-lain. Kedua, faktor psikologis seperti intelegensia, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan. Ketiga, faktor kelelahan, yang dapat mengakibatkan siswa malas belajar. Kemudian faktor psikologis juga besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar seperti intelegensi, yaitu bila kondisi kemampuan kecerdasan siswa rendah, maka biasanya siswa seperti ini akan banyak mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran dari para gurunya.
Selain itu juga siswa yang mengalami perhatian dan minat belajar yang rendah pada mata pelajaran tertentu, maka hal ini juga dapat menyebabkan siswa sulit dalam memahami pelajaran. Faktor kelelahan juga sangat berpengaruh terhadap kesulitan siswa dalam memahami pelajaran. Siswa yang lelah jasmani dan rohaninya biasanya melakukan aktivitas belajar dengan sangat terpaksa. Hal ini dikarenakan siswa menghadapi kegiatan pembelajaran dengan berat dan tidak dapat fokus atau konsentrasi dalam pelajarannya.
Selain faktor intern, menurut Slameto faktor ekstern juga memiliki pengaruh yang besar dalam mengakibatkan kesulitan dalam belajar. Faktor ekstern ini terdiri dari berbagai lingkungan pendidikan yang berada di luar diri peserta didik, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Faktor keluarga dapat mengakibatkan anak sulit dalam belajar apabila kondisi rumah tersebut gaduh, ramai, semrawut, apalagi suatu rumah tangga yang sering cekcok. Kondisi rumah seperti ini akan membuat siswa tidak dapat konsentrasi dalam belajar dan menyebabkan mereka tidak memungkinkan dapat menerima pelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh.
Faktor lingkungan sekolah yang tidak mendukung dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa juga berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa. Keterbatasan sarana belajar seperti alat tulis, buku pelajaran, media, alat peraga, dan lain-lain dapat menyebabkan kegiatan belajar mereka terhambat dan sulit bagi mereka memahami pelajaran. Selanjutnya lingkungan sekolah yang tidak mendorong semangat kompetitif siswa dalam meningkatkan prestasi belajar juga menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Sebagai contoh tidak adanya pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi, tidak adanya lomba berprestasi antara kelas paralel, tidak adanya lomba siswa pengunjung perpustakaan terbanyak, tidak adanya kegiatan penelusuran minat dan bakat siswa dibidang seni, olah raga, keterampilan ilmu agama, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan tentang faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa di sekolah sebagaimana yang dinyatakan di atas, maka secara garis besar faktor-faktor tersebut diantaranya adalah masalah kondisi rumah tangga yang selalu ribut dan sering bertengkar antara suami dan istri serta anak-anak di dalam keluarga dapat menyebabkan siswa tidak dapat belajar dengan serius, baik di rumah maupun di sekolah.
Selanjutnya menurut Slameto, selain pengaruh pergaulan dalam masyarakat, pengaruh media juga sangat besar dalam menyebabkan siswa malas belajar. Demikian juga di sekolah beberapa faktor juga dapat mempengaruhi minat belajar siswa, seperti metode guru dalam mengajar yang monoton, kurikulum yang terlalu padat, interaksi antara guru dan murid yang kurang kondusif, tingkat penerapan kedisiplinan di sekolah yang rendah, juga di yakini sebagai penyebab mengapa siswa banyak yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian ternyata faktor penyebab siswa sulit dalam belajar di sekolah tidak hanya berasal dari faktor internal siswa dan keluarga, tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor dari luar seperti masyarakat dan sekolah.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting. Dalam proses pembelajaran guru memegang peranan sebagai sutradara sekaligus sebagai aktor. Artinya guru bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu: (a) sebagai pengajar, (b) sebagai pembimbing, (c) sebagai administrator kelas.
Guru sebagai pengajar dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan di ajarkan. Guru sebagai pembimbing bertugas memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Sementara guru sebagai administrator merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran.
Berdasarkan penjelasan tentang peranan guru maka dapat dinyatakan bahwa seorang guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing bagi siswa yang bermasalah, termasuk juga membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Selain faktor guru, dalam proses pengajaran, metode mengajar juga mempengaruhi proses belajar siswa. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode mengajar, yaitu tujuan yang hendak dicapai, pelajar, bahan ajar, fasilitas, guru, situasi, partisipasi, kebaikan serta kelebihan metode tertentu.
Berkaitan dengan metode guru dalam mengajar, maka hendaknya seorang guru, khususnya guru agama dapat menggunakan metode mengajar dengan baik sesuai dengan materi yang akan di ajarkan dan dalam penyampaian materi hendaknya guru agama dapat menggunakan perkataan yang jelas dan benar sehingga dapat menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah.
Dalam hubungan ini Muhammad al-Toumy al-Syaibany menjelaskan tujuan metode pengajaran dalam pendidikan Islam sebagai berikut: (1) Menolong pengajar untuk mengembangkan pengetahuan, maklumat, pengalaman, keterampilan dan sikapnya, terutama keterampilan berfikir ilmiah yang betul dan sikap dalam bentuk cinta ilmiah, suka menuntut ilmu dan membuka rahasianya, dan merasa enak dan nikmat dalam mencarinya. (2) Membiasakan pelajar menghafal, memahami dan berfikir sehat, memperhatikan, mengamati dengan cermat, sabar dan teliti dalam mencari ilmu. (3) Memudahkan proses pengajaran bagi pelajar dan membuatnya mencapai tujuan yang diinginkan, serta menghemat tenaga dan waktu. (4) Menciptakan suasana yang sesuai bagi pengajaran yang berlaku sifat percaya mempercayai dan hormat menghormati antara guru dan murid dan hubungan baik antara keduanya dan juga meningkatkan semangat pelajar dan menggalakkan belajar dan bergerak.
Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar, variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa dan kelas menjadi hidup. Metode penyajian yang selalu sama akan membosankan. Kreatifitas dan variasi metode pembelajaran yang diterapkan guru dapat meningkatkan gairah siswa dalam belajar.
*Alumni STITQI 2009