Aku masih saja mengeja bait-bait rindu
bertutur tentang keindahan warna pelangi
dan mengukir ruas-ruas senyummu
yang s’lalu membuatku luruh bercampur perih
Maafkan aku
jika hari ini aku masih setia membakar kulitku
yang hanya berlapis lembaran surat kabar
dan tergilas amuk gemuruh jalanan yang menderu
Tapi yakinlah
aku pasti pulang
membawa sekeranjang derai tawa
yang akan menjadikan hasrat kita menyala
mengalirkan darah-darah keyakinan
menghidupkan tubuh yang muram
Lalu bersama riuh kicau semesta
kita nyanyikan tembang fana’
melebur sirna hingga tak tersisa
terhanyut di kedalaman telaga cinta-Nya!
(Syafi’i Nuun)