Malam yang indah. Bintang-bintang bertebaran di langit. Angin malam menerpa rambut panjangnya. Gadis kecil yang manis. Diam dalam senyapnya. Amanda. Pipinya basah akibat air matanya. Dia baru saja menangis. Ia baru kehilangan kakak laki-lakinya.
Hari-hari Amanda terasa kosong dan sepi. Semenjak kepergian kakaknya semuanya terasa berbeda bagi Amanda. Ya, Amanda benar-benar kehilangan kakaknya. Sosok kakaknya yang begitu berharga dimata Amanda.
Hari ini Amanda pulang sekolah dengan berjalan kaki bersama temannya. Hana. Seperi biasa, Amanda selalu tersenyum jika sudah berada didekat Hana. Ya, Hana memang selalu bisa mengembalikan senyuman Amanda yang bisa-bisa saja menghilang begitu saja dalam jangka waktu yang lama.
Hana mengajak Amanda duduk di warung kecil-kecilan di pinggir jalan. Hanya sekedar menghilangkan lelah akibat perjalanan jauh.
“Manda, kamu mau minum apa?” Tanya Hana sembari menarik tempat duduk.
“Aku es jeruk aja deh!” ujar Amanda.
“Oh ya, bentar! Aku pesenin dulu !” Ujar Hana.Amanda mengangguk.
Tiba-tiba saja Amanda dan Hana tersentak kaget akibat mendengar suara orang berteriak-teriak sembari menangis.
“Itu siapa yang nangis, Han?” Tanya Amanda bingung.
“Gak tau deh! Mungkin orang belakang!” ujar Hana.
Seorang wanita menghampiri mereka berdua dengan membawakan dua buah gelas berisi es jeruk.
“Ini, Nak!” Ujar wanita itu sembari tersenyum.
“Makasih ya, Bu!” Ujar Hana.
Ketika wanita itu hendak pergi, Amanda tiba-tiba saja memanggil wanita itu kembali. Wanita itupun menghentikan langkahnya.
“Ada apa nak ?” Tanya wanita itu.
“Bu! Suara apa itu? Berisik sekali!” Ujar Amanda.
Ibu itu memperhatikan sekeliling sebelum menjawab pertanyaan Amanda.
“Oh, itu suara Yina! Anak belakang, seumuran kok dengan kalian! Ayah, ibu, dan kakaknya baru saja meninggal tiga hari yang lalu! Kayaknya sih dia masih shock!” Ujar wanita tersebut.
Amanda tertegun. Ternyata di dunia ini bukan hanya ia yang merasakan kehilangan. Masih ada orang lain yang lebih merasa kehilangan dibanding ia. Termasuk Yina. Seusai minum dan beristirahat, mereka pun pulang ke rumah. Mereka melewati gadis yang bernama Yina tersebut. Amanda melihat Yina sedang duduk menangis dihadapan foto album. Mungkin keluarganya. Pikir Amanda.
Amanda berniat untuk mengenal lebih jauh lagi dengan Yina. Keesokan harinya, Amanda sengaja kembali ke warung wanita itu untuk melihat Yina. Kebetulan sekali, Yina sedang berada di warung wanita tersebut. Amanda pun menegurnya.
“Hei!” ujar Amanda tersenyum. Yina pun menoleh. Ia membalas senyuman Amanda.
“Ada apa?” Tanya Yina.
“Kamu yang namanya Yina?” Tanya Amanda. Yina pun mengangguk. Amanda mengajak Yina berbincang-bincang. Mereka saling melemparkan canda dan tawa. Semenjak pertemuan mereka di warung wanita tersebut, mereka menjadi gadis yang periang.
“Amanda! Terima kasih untuk hari-harinya!” ujar Yina ketika di taman.
“Hari-hari untuk sahabatku!” ujar Amanda. Merekapun sama-sama tersenyum.
Amanda bersyukur. Ia bisa mengembalikan senyum Yina yang sempat hilang. Senyum sahabat. Amanda juga bersyukur. Ia masih mempunyai ayah dan ibu yang masih menyayanginya. Walaupun kakak yang paling ia sayangi telah pergi, setidaknya ia masih bisa tuk melihat orang tuanya disini.
Amanda sadar. Di dunia ini bukan hanya dia yang merasakan sedih dan perihnya kehilangan. Masih ada orang lain yang lebih kehilangan dibanding dia. Amanda mulai bisa mengikhlaskan kepergian kakaknya. Bagaimanapun juga, kakaknya juga harus tenang disana…
“Kak Ivan! Manda merindukanmu, kak!” rintih Amanda. Sembari menetap foto Kak Ivan