Namaku Aisyah, aku adalah seorang gadis yang berumur 15 tahun. Suatu hari aku pergi ke mushola bersama ibuku, sebelumnya aku akan mengambil wudhu dan mengambil mukena terlebih dahulu.
“Ibu… ibu…!” sorakku.
“Ada apa Aisyah?” ujar ibu dengan wajah cemas.
“Ya Allah, mukenaku kenapa ini?” sontak aku terkejut melihat mukenaku yang rusak.
“Ya Allah, nak apa yang terjadi dengan mukenmu sayang? Ya udah pake yang ibu aja yah.” Ujar ibu.
“Lho, ibu gimana sih?”
“Udah gak papa sayang. Kamu duluan aja, nanti kalau kamu udah pulang ibu baru sholat. Ayao buruan nanti kamu terlambat, lho.” Ujar ibu sambil membelai kepalaku.
“Terima kasih ibu.” Segera ku salami tangan ibu yang penuh kasih.
Sesampainya di Mushola.
“Kok Aisyah masih bisa sholat disini sih.” Ucap Mesya dengan marahnya. “Padahal mukena itu udah digunting semalem.” Sambungnya. Tiba-tiba saja datang Bunga dan Aisyah.
“Oh, jadi kamu yang sengaja merusak mukenaku. Kok bisa sih kamu setega itu.” Ucapku dengan sedih.
“Apaan sih, heh jangan suuzan dulu deh jadi orang.” Ujar Mesya dengan terkejut.
“Allahuakbar… Allahuakbar…”
“Hey udah Adzan tuh. Ayo kita ,masuk, kenapa diam Aisyah ayo pake mukenamu.” Ujar Bunga.
“Hey, Aisyah ada apa dengan mekenamu itu sangat besar dan warnanya juga jelek banget.”
“Cukup-cukup, Mesya inikan semuanya gara-gara kamu jadi gak usah menghina Aisyah.”
“Ih.. gak usah ikut campur yah ini bukan urusan kamu.” Ucap Mesya dengan kesal.
Sesampainya di rumah..
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumussalam, Aisyah.” Sambil ku menyalami tangan ibu.
“Baru pulang sayang?”
“Yah, bu. Oh yah, nih bu mukenanya. Bu, aku malu banget tadi di mushola, ternyata yang merusak mukenanya Aisyah adalah Mesya, bu.”
“Kenapa bisa begitu, kamu tidak suuzan.”
“Enggak bu, Mesya sendiri yang bilang begitu terus dia menghinaku didepan orang banyak tentang mukena itu.”cemberutku.
“Aisyah kamu yang sabar yah pasti ibu akan belikan yang baru buat Aisyah, jangan sedih lagi yah.” Angguk ku
Di pagi hari aku terbangun dan melihat ibu tidak ada disamping ku.
“Kemana ibu ?kok nggak ada? Apa ini ? surat untuk ku.”
“Pagi Aisyah sayang, maafin ibu yah. . . ibu gak pamitan untuk pergi bekerja karena hari ini dan tiga hari ke depan banyak pesanan diwarung, jadi selama tiga hari ibu tidak pulang. Kamu baik- baik yah disana. Oh ya, ibu lupa, ibu juga minta tolong kepada Mbak Siti agar menemani mu pada malam hari. Aisyah, sudah dulu yah. Jadilah anak yang rajin selama ibu tidak ada dirumah. Dah Aisyah.”
“Ihh, ibu gak inget apa, tiga hari lagi aku ulang tahun. Sebel banget.” Cemberut ku.
Tiga hari kemudian..
Pagi ketiga aku yakin di pagi ini ibu akan pulang dan membawakan kado untuk ku. Tokk..tok..tokkk…
“Ibu..ibu, iya Aisyah akan kesana.” Membuka pintu.
“Kenapa ini Mbak? Dimana ibu ? katanya ibu kesini.”
“Ibu mu sudah datang sayang.”
“Dimana ? kok banyak orang Mbak ? apakah akan diadakan acara disini ?”
“Ini adalah acara ibu mu sayang.”
“Benarkah, pasti ini adalah acara ulang tahun ku.”
“Bukan Aisyah.”
“Terus apa kalau bukan ?”
“Aisyah tlong dengerin Mbak dulu yah, ini adalah acara ibumu, ibu mu kecelakaan saat ingin memberikanmu kado, kendaraan yang ia tumpangi remnya blong dan masuk ke jurang.”
“Ibu, gak mungkin.” Memberikan kado-
“Bukalah sayang !” ternyata isinya adalah mukenah.
“Terima kasih bu atas kadonya. Ternyata ibu tidak pernah lupa dengan apa yang aku ingin kan. Kau menepati janjimu ibu, sekali lagi terima kasih. Engkau bekerja sampai tidak pulang kerumah. Berhari-hari bekerja hanya untuk membelikan mukenah untukku. Aku Aisyah akan berjanji, akan selalu menjaga mukenah ini dan Aisyah juga berjanji akan terus taat ibadah.”
Mukenah ku pemberianmu, ibuku.