Malam yang indah, benar-benar indah. Bintang-bintang bertaburan di langit malam. Angin berhembus di siap hembsannya.Aku memejamkan mata untuk sesaat, merasakan semilir angin yang menerpa wajahku.Udaranya segarmembuatku ingin terus berada disini.
“Kamu lagi ngapain Sa?” Seorang Laki-laki dewasa membuyarkanku dari lamunan indahku.
Dia Kak Raka, Kakakku. Seorang manusia paling berharga dalam hidupku.
“Ah Kakak! Mengejutkan saja!” Ujarku sembari memukul dadanya.
“Elsa, kalo kamu lulus dari Sekolah Menengah Akhirmu,
Kamu minta apa?” Tanya Kak Raka spontan. Aku terkejut, tidak seperti biasanya Kak Raka bertanya seperti ini.
“Kakak apaan sih! Nggak ah, Aku nggak minta apa-apa kok! Aku juga nggak butuh hadiah. Kakak tu maih kuliah, Kakak harus fokus jadi, nggak usah mikirin yang lain dulu” Ujarku sembari menasehatinya.
“Lho! Kok gitu? Kakak seriusan lho Sa!” Ujar Kak Raka bernada serius
“Elsa juga serius lho Kak, Aku nggak pengen hadiah!” ujarku dengan mantap. Kak Raka hanya geleng-geleng kepala meelihatku.
Tiba-tiba Kak Raka masuk kembali kedalam rumah dan setelah beberapa saat keluar dengan membawa sebuah brosur.
“Nih, liat! Kamu mau nggak masuk sini?” Ujar Kak Raka sembari menyerahkan brosur tersebut padaku. “Wah! Inikan UGM, Aku mau Kak bisa masuk sini!” ujarku dengan bersemangat.
“Iya, nanti kakak usahain ya! Kakak bakal ngelakuin yang terbaik untuk kamu!”Ujar kakak Raka sembari mencubit pipiku. Aku beruntung bisa memilki seorang kakak yang baik, sayang, serta perhatian padaku.
Aku dan kak Raka hanya hidup berdua di kota bandung ini. Sementara bapak dan ibu tinggal di desa yang terpencil di pedalaman kota jawa. Selama ini kak Raka lah yang selalu pontang-panting mencari nafkah untuk membiayai aku sekolah, kuliahnya, serta mengirimi uang untuk Bapak dan Ibu di desa.
Bapak dan Ibu hanyalah petani yang penghasilannya tak kan cukup untuk membiayai kami sekolah. Oleh karena itu, kak raka memutskan untuk merantau sembari mencari pekerjaan.
Beberapa minggu kemudian, SMA ku mengadakan ujian nasional. Aku pun bisa melewati itu dengan nilai dan prestasi yang memuaskan.
Aku membaritahukan ini semua ini pada kak raka. Dan ia sangat bangga terhadapku. Aku un tak lupa untuk memberithukan kabar gembira ini pada Orang Tua yang berada didesa.
Beberapa hari setelah kelulusan, kak raka pun mengajak ku mendaftar kuliah. Dengan bekal seadanya, kami pergi ke Yogyakarta.
“Bismillah, banyak-banyak berdo’a dan pasti bisa!”Ujar kak Raka meyakinkanku. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan kami pun tiba di Universitas tersebut. Kak raka pun langsung mendaftarkan ku dengan beribu-ribu macam test serta persyaratan yang haru diisi, akhirnya selesai.
“Mbak Elsa, tinggal tunggu pengumumannya saja yaa! Nanti dikabari diterima atau tidak.”Ujar salah satu pengurus pendaftara tersebut.
“Iya Mbak, makasih yaa!”Ujarku.
Setelah itu, kami memutuskan untuk pulang kerumah. Beberapa hari kemudian, aku mendapatkan panggilan dri pihak Universitas untuk datang kesana. Aku dan kak raka pun langsung bergegas pergi. Aku sangat bahagia. Ketika telah sampai, salah satu seorang pengurus Universitas tersebut pun memberitahu bahwa aku lulus untuk masuk Universitas tersebut.
“Kak raka! Aku lulus ! aku berhasil kak!”Ujarku sembari menunjukkan selembar kertas bukti kelulusanku. Kak raka tersenyum.
“Kamu bisa! Seorang Elsa Raneta itu pasti bisa, kakak bangga padamu!”Ujar kak raka sembari memelukku sangat erat.
Aku benar-benar ingin menangis saat ini. Menangis haru terhadap semua jerih payah kak raka agar aku bisa hidup sukses.
Raka Pratama Angga…
Bagiku dia adalah seorang malaikat tak bersayap yang selalu ada untukku. Dia malaikat yang siap membantuku kapanpun.
“Kak raka, makasih untuk semuanya! Aku sayang sama kakak, Bapak dan Ibu.”Bisikku di telinganya dengan pelan.